- PASAR SORE
MALIOBORO
Pasar ini berada di kawasan Malioboro
yaitu sebelah utara Benteng Vredeburg Lebih dari 20 pedagang menempati pasar
sore sejak tahun 2000, baik pedagang aksesoris sampai pedagang makanan. Para pedagang di Pasar Sore Malioboro
mulai memajang dagangan sejak pukul 17.00 WIB hingga larut malam tergantung
pada keramaian pembeli. Setelah puas mengitari Pasar Sore ini Anda bisa
langsung berjalan ke arah selatan jalan Malioboro atau depan Benteng Vredeburg.
Di sana bisa duduk-duduk santai menikmati malam di jantung kota Jogja sambil
menikmati jajanan yang ditawarkan para pedagang dan memandang gedung-gedung tua
di sekitarnya seperti Gedung Agung yang juga merupakan Istana Kepresidenan,
Gedung BI dan tentu saja Benteng Vredeburg. Suara pengamen juga akan terdengar
menghiasi keramaian suasanan di sana.
- LESEHAN MALIOBORO
Malioboro merupakan
salah satu icon dari kota Jogja. Sebuah jalan dengan deretan toko dan
para pedagang kaki lima yang sangat terkenal di seluruh Indonesia. Mulai dari
jam 09.00 - 21.00 WIB, para wisatawan bisa memilih barang yang.hendak dibeli di
sepanjang Jalan Malioboro mulai dari pakaian, makanan, cindera mata, tas,
sepatu, dan sebagainya. Jika malam telah tiba Anda akan menemui tema lain di Malioboro
ini. Ketika semua toko, mall, dan pedagang kaki lima tutup mulailah berganti
pedagang lesehan yang menggelar dagangannya. Inilah ciri khas Jalan Malioboro
pada malam hari, yaitu warung-warung lesehan yang dapat Anda temui di sepanjang
Jalan Malioboro. Kebanyakan warung menggunakan alas tikar dan meja pendek.
Lesehan memang artinya duduk santai di lantai. Menu dari warung-warung ini
mulai dari bebek goreng, ayam goreng, ayam panggang, burung dara goreng, sate,
pecel lele, seafood dan tak lupa gudeg Jogja.
- TUGU JOGJA
Tugu Yogyakarta adalah sebuah menara yang
sering dipakai sebagai lambang dari kota Yogyakarta. Tugu ini dibangun oleh
Hamengkubuwana I, pendiri kraton Yogyakarta, setahun setelah didirikannya
Kraton Jogja. Tugu Jogja merupakan landmark Kota Yogyakarta yang paling
terkenal. Tugu ini mempunyai nilai simbolis dan merupakan garis yang bersifat
magis menghubungkan laut selatan, Kraton Jogja dan Gunung Merapi. Pada saat
melakukan meditasi, konon Sultan Yogyakarta pada waktu itu menggunakan tugu ini
sebagai patokan arah menghadap puncak gunung Merapi.
Tugu Jogja ini
sekarang merupakan salah satu objek pariwisata dan sering dijadikan obyek foto oleh para wisatawan. Tugu
akan sangat indah dinikmati sore hingga malam hari saat bermandikaan
cahaya dari lampu sorot yang menghiasi bangunan tersebut. Lebih
menyenangkan sambil menikmati makanan dan jajanan di sekitar Tugu, seperti
gudeg, angkringan, pecel lele, dll. Banyak wisatawan terutama anak-anak
muda berfoto untuk mengabadikan wisata mereka di Jogja. Setelah itu
mereka duduk-duduk bergerombol hingga lewat dini hari di sekitarnya. Jika Anda
berjalan ke selatan, di sebelah Timur jalan tersedia bangku yang bisa dipakai
untuk duduk-duduk santai sambil memandang Tugu yang menjadi salah satu icon anak-anak
muda yang suka nongkrong hingga larut malam. Namun jika siang hari, Tugu sering
kali dipakai para mahasiswa untuk menggelar unjuk rasa. Begitu identiknya Tugu
Jogja dengan kota ini, banyak mahasiswa meluapkan kebahagiannya atas
kelulusannya dengan meemeluk dan mencium Tugu tersebut.
- ANGKRINGAN JOGJA
Angkringan adalah
semacam warung makan yang berupa gerobag kayu yang ditutupi dengan terpal
plastik dengan warna khas, biru atau oranye menyolok. Dengan kapasitas sekitar
8 orang pembeli, angkringan beroperasi mulai sore hari sampai dini hari. Namun
kini ada juga yang mulai buka siang hari. Pada malam hari, angkringan
mengandalkan penerangan tradisional lampu senthir (pelita tempel) dengan bahan
baker minyak tanah. Selain itu terangnya lampu jalan juga membuat suasana
warung angkring makin terang.
Menu makanan wajib
angkringan adalah nasi (sego) kucing. Disebut nasi kucing karena porsi nasinya
yang seperti porsi nasi dan lauk pauk yang biasa diberikan untuk kucing, yaitu
tempe atau ikan teri Nasi yang dijual di angkringan ini di bungkus dengan daun
pisang dengan lauk biasanya sambal tempe, teri, atau telur dadar yang
dipotong kecil-kecil. Menu lain yang tersaji dalam keranjang di atas angkringan
adalah sate usus, jeroan, dan telur puyuh. Selain itu ada ceker ayam, gorengan,
dan bebrapa makanan ringan. Sedangkan pilihan minuman yang biasa
ada di angkringan adalah wedang jahe, teh, jeruk, kopi, dan beberapa minuman
praktis lainnya. Semua dijual dengan harga yang sangat terjangkau.
.Salah satu angkringan
tertua dan paling terkenal di dalam dan di luar jogja adalah angkringan Lik Man
yang bertempat di sebelah utara stasiun tugu yang sempay beberapa kali pindah
lokasi. Warung angkringan Lik Man memiliki minuman spesial yaitu kopi joss.
Kopi ini berbeda dengan kopi lainnya, yaitu pada saat akan dihidangkan gelas
kopi dicelupkan arang panas yang menimbulkan bunyi jossss. Banyak sekali
peminat dari angkringan Lik Man ini. Hal tersebut bisa Anda buktikan jika. Anda
banyak menemukan puluhan orang sedang lesehan karena area angkringan tersebut
sangat sempit. Warung angkringan Lik Man kini telah menjadi salah satu ikon
wisata kuliner di Jogja. Angkringan Tugu Lik Man ini buka dari sore hingga
menjelang subuh.
- BUKIT BINTANG
Hargodumilah atau
sering disebut Bukit Bintang terletak di jalan Jogja-Wonosari km 16
Pathuk Gunungkidul. Pemberian nama bukit bintang ini karena dari sini jika di
malam hari memandang kota Jogja akan terlihat lampu rumah-rumah bersinar dari
kejauhan seperti bintang bertaburan berpadu dengan langit malam yang memang
penuh bintang. Hal itu membuat pemandangan kota Jogja tampak menyatu antara
langit sampai batas cakrawala. Terlihat begitu menakjubkan !
Pada siang hari
pun Anda akan melihat pemandangan yang menakjubkan yaitu Gunung Merapi,Gunung
Merbabu, Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing yang berdiri tegak memamerkan
keindahan di kejauhan sana. Saat mengunjungi Hargodumilah di kala
senja, Anda akan menyaksikan sunset di atas kota Jogja. Keindahan
akan berlanjut saat malam dengan kerlap-kerlip kota Yogyakarta yang akan Anda
saksikan dari bukit ini. Banyak wisatawan yang kebanyakan kaum muda datang
menikmati suasana di sini. Ruas jalan di sekitar bukit telah diperluas
sebagai arena parkir para pengunjung. Warung-warung kecil sampai restoran dengan
nuansa romantis berjejer di jalan tersebut. Sangat cocok bagi Anda
yang ingin mencari ketenangan dengan rekan-rekan, pasangan, ataupun keluarga
dengan duduk-duduk, menikmati minuman dan jajanan sambil memandangi keindahan
kota Jogja dari kejauhan.
- ALUN-ALUN SELATAN
Alun-alun Kidul (Selatan) atau sering disebut Alkid adalah alun-alun di bagian
Selatan Keraton Yogyakarta. Alkid sering pula disebut sebagai Pengkeran,
berasal dari kata pengker (bahasa Jawa) yang berarti belakang. Hal tersebut
sesuai dengan letak Alkid yang memang terletak di belakang keraton. Alun-alun
ini dikelilingi oleh tembok persegi yang memiliki lima gapura, satu buah di
sisi selatan serta di sisi timur dan barat masing-masing dua buah. Di antara
gapura utara dan selatan di sisi barat terdapat ngGajahan sebuah kandang guna
memelihara gajah milik Sultan. Namun sekarang gajah-gajah milik Sultan telah
dititipkan di kebun binatang Gembiroloka. Di sekeliling alun-alun ditanami
pohon mangga (Mangifera indica; famili Anacardiaceae), pakel (Mangifera sp;
famili Anacardiaceae), dan kueni (Mangifera odoranta; famili Anacardiaceae).
Pohon beringin hanya terdapat dua pasang. Sepasang di tengah alun-alun yang
dinamakan Supit Urang (harfiah=capit udang) dan sepasang lagi di kanan-kiri
gapura sisi selatan yang dinamakan Wok(dari kata bewok, harfiaf=jenggot). Dari
gapura sisi selatan terdapat jalan Gading yang menghubungkan dengan Plengkung
Nirbaya.
- SENDRATARI RAMAYANA
Sendratari Ramayana
atau dikenal juga dengan Ramayana Balet merupakan sebuah pagelaran yang
menggabungkan antara seni drama dan seni tari dengan iringan musik traditional
Jawa. Ramayana Ballet mengangkat cerita Ramayana yang merupakan sebuah
legenda yang terpahat indah di dinding Candi Siwa, salah satu candi yang
ada di Candi Prambanan. Jika Anda berada di Candi Prambanan dan berjalan
pradaksina (searah jarum jam) Anda akan menemukan alur cerita Ramayana yang ada
pada relief tersebut. Kisah Ramayana adalah epos legendaris karya Walmiki
yang ditulis dalam bahasa Sanskerta. Pagelaran ini dapat Anda saksikan di
kawasan kompleks Candi Prambanan dan di Purawisata Jogja. Pihak pengelola, PT
Taman Wisata Candi Borobudur-Prambanan dan Ratu Boko, membagi pagelaran dalam
empat episode yaitu, penculikan Sinta, misi Anoman ke Alengka, kematian
Kumbakarna atau Rahwana, dan pertemuan kembali Rama-Sinta. Terdapat dua
lokasi pertunjukan, yakni di panggung Trimurti (indoor), dan panggung terbuka
(outdoor). Pagelaran sendratari dimulai pukul 19.30 WIB sampai 21.30 WIB.
Tarif untuk menyaksikan
sekali pagelaran tersebut terbagi dalam empat kelas untuk di panggung terbuka
ada kelas VIP yang kursinya tepat di depan panggung, kelas khusus yang kursinya
ada di depan panggung namun di deretan belakang VIP, kelas I yang kursinya ada
di sisi kanan kiri panggung bagian depan dan kelas II yang kursinya ada di
kanan kiri panggung di bagian belakang. Sedangkan di panggung Trimurti
terbagimenjadi Special Class, Class I, dan Class II.
Seluruh cerita
disuguhkan dalam rangkaian gerak tari yang dibawakan oleh para penari yang
rupawan dengan diiringi musik gamelan. Anda diajak untuk benar-benar larut
dalam cerita dan mencermati setiap gerakan para penari untuk mengetahui jalan
cerita. Gerakan para penari menyatu dengan iringan gamelan Jawa yang syahdu.
Tak ada dialog yang terucap dari para penari, satu-satunya penutur adalah
sinden yang menggambarkan jalan cerita lewat lagu-lagu dalam bahasa Jawa dengan
suaranya yang khas. Pencahayaan yang sedemikian rupa mampu menggambarkan
kejadian tertentu dalam cerita. Begitu pula riasan pada tiap penari, tak hanya
mempercantik tetapi juga mampu menggambarkan watak tokoh yang diperankan
sehingga penonton dapat dengan mudah mengenali meski tak ada dialog. Anda juga
tak hanya menjumpai tarian saja, tetapi adegan menarik lainnya seperti
permainan bola api dan kelincahan penari berakrobat.
- WAYANG KULIT di Museum Sonobudoyo
Wayang adalah seni
pertunjukkan asli Indonesia yang berkembang pesat di Pulau Jawa dan Bali.
UNESCO lembaga yang membawahi kebudayaan dari PBB, pada 7 November 2003
menetapkan wayang sebagai pertunjukkan bayangan boneka tersohor dari Indonesia,
sebuah warisan mahakarya dunia yang tak ternilai dalam seni bertutur
(Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity). Banyak negara
memiliki pertunjukkan boneka namun pertunjukkan bayangan boneka (Wayang) di
Indonesia memiliki gaya tutur dan keunikkan tersendiri, yang merupakan
mahakarya asli dari Indonesia.
Dr.G.A.J.Hazeu, dalam
detertasinya Bijdrage tot de Kennis van het Javaansche Tooneel (Th 1897 di Leiden,
Negeri Belanda) berkeyakinan bahwa pertunjukan wayang berasal dari kesenian
asli Jawa. Hal ini dapat dilihat dari istilah-istilah yang digunakan banyak
menggunakan bahasa Jawa misalnya, kelir, blencong, cempala, kepyak, dan wayang.
Selain itu juga bisa dilihat bahwa pada susunan rumah tradisional di Jawa, kita
biasanya akan menemukan bagian-bagian ruangan: emper, pendhapa, omah mburi,
gandhok, senthong dan ruangan untuk pertujukan ringgit (pringgitan), dalam
bahasa Jawa ringgit artinya wayang. Bagi orang Jawa dalam membangun rumah pun
menyediakan tempat untuk pergelaran wayang.
Sarjana Barat lainnya
yang sependapat bahwa Wayang Kulit berasal dari Jawa yaitu Hazeau, Brandes,
Kats, Rentse, dan Kruyt. Alasan mereka adalah bahwa seni wayang masih amat erat
kaitannya dengan keadaan sosiokultural dan religi bangsa Indonesia, khususnya
orang Jawa. Panakawan, tokoh terpenting dalam pewayangan, yakni Semar, Gareng,
Petruk, Bagong, hanya ada dalam pewayangan Indonesia, dan tidak ada di negara
lain. Selain itu, nama dan istilah teknis pewayangan, semuanya berasal dari
bahasa Jawa (Kuna), dan bukan bahasa lain.
Ir. Sri Mulyono dalam
bukunya Simbolisme dan Mistikisme dalam Wayang (1979), memperkirakan wayang
sudah ada sejak zaman neolithikum, yakni kira-kira 1.500 tahun sebelum
Masehi. Namun bukti karya sastra yang menyebutkan tentang wayang baru
ditemukan pada zaman pemerintahan Prabu Airlangga, raja Kahuripan (976
-1012), yakni ketika kerajaan di Jawa Timur itu sedang makmur-makmur¬nya.
Wayang sebagai suatu pergelaran dan tontonan pun sudah dimulai ada sejak zaman
pemerintahan raja Airlangga. Beberapa prasasti yang dibuat pada masa itu antara
lain sudah menyebutkan kata-kata "mawa¬yang" dan `aringgit' yang
maksudnya adalah per¬tunjukan wayang.
Ketika agama Hindu masuk
ke Indonesia menyesuaikan kebudayaan yang sudah ada Seni pertunjukkan ini
menjadi media efektif menyebarkan agama Hindu, di mana pertunjukkan wayang
menggunakan cerita Ramayana dan Mahabharata. Demikian juga saat masuknya Islam,
ketika pertunjukkan yang menampilkan manusia dan para dewa dalam wujud manusia
dilarang, munculah boneka wayang yang terbuat dari kulit sapi atau kerbau
sehingga saat pertunjukkan yang ditonton hanyalah bayangannya saja, yang
sekarang kita kenal sebagai wayang kulit. Masuknya agama Islam ke Indonesia
sejak abad ke-15 ini juga memberi pengaruh besar pada budaya wayang,
terutama pada konsep religi dari falsafah wayang itu. Selain itu yakni juga
mulai digunakan lampu minyak berbentuk khusus yang disebut blencong pada
pergelaran Wayang Kulit.Kesenian ini berkembang pesat, terjadi akulturasi
antara budaya lama dengan budaya baru yaitu ajaran Islam. Stilisasi bentuk
wayang kulit sudah sangat berbeda dengan wujud manusia.Gaya penggambaran wayang
demikian itu merupakan pilihan para wali. Hal ini ditempuh agar wayang kulit
dapat tampil dengan baik dan tidak melanggar larangan menurut ajaran agama
Islam yang tidak memperbolehkan menggambarkan makhluk hidup seperti
manusia atau binatang secara realistis. Wujud wayang kulit purwa sudah berbeda
jauh dengan gambaran manusia, walau wayang kulit memiliki mata, hidung, dan
mulut namun bentuk badan keseluruhan tipis, hidung mancung untuk
menandakan kebangsawanan, mata sipit dan panjang, bentuk mulut yang
berkelok-kelok, leher yang kecil sebesar lengan, serta tangan yang
panjang hingga menyentuh kaki tokoh.
Wayang kulit yang juga
sering dikenal sebagai wayang purwa telah menjadi salah satu warisan budaya
nasional dan sudah sangat terkenal di dunia. Sehingga banyak wisatawan asing
yang datang untuk mempelajari seni wayang kulit ini, karena tergolong unik.
Saat ini pertunjukan wayang kulit pun masih menjadi salah satu tontonan menarik
yang digemari oleh masyarakat Yogyakarta. Kesenian ini menggunakan sebuah layar
besar dan lakonan wayang tersebut dimainkan dibalik layar putih tersebut,
sehingga para peniknat tontonan ini serasa menonton film kartun ataupun
film-film di bioskop. Penggunaan layar imerupakan pengaruh Islam. Wayang yang
pada awalnya berbentuk boneka yang terbuat dari kayu dan dinamakan wayang
golek, dilarang dipertunjukkan karena hukum Islam melarang menggambaran bentuk
dewa-dewi dalam bentuk manusia (boneka). Ketika Raden Patah dari Demak ingin
menonton pertunjukan wayang, para pemimpin Islam ini pun melarangnya. Sebagai
jalan keluar, para pemimpin Islam ini merubah bentuk wayang menjadi wayang
kulit. Pertunjukannya pun melalui media layar, sehingga yang terlihat hanya
bayangannya, bukan bentuk aslinya.
Pertunjukan wayang
kulit diatur dan dijalankan oleh seorang dalang yang menggerakkan dan mengisi
suara-suara tokoh dalam perwayangan tersebut. Yang menarik, ketika pertunjukan
wayang kulit berjalan, di tengah-tengahnya biasanya diselingi dengan
“goro-goro” yaitu saat munculnya para Punakawan yang terdiri dari Semar,
Bagong, Petruk, dan Gareng, biasanya cerita yang diangkat adalah seputar
masalah-masalah saat ini yang diselingi hal-hal lucu di dalamnya. Wayang Kulit
biasanya diadakan semalam suntuk hingga fajar menyingsing bahkan tidak jarang
diadakan selama tujuh hari tujuh malam. Pertunjukan wayang saat ini masih ada
yang menggunakan blencong namun tidak sedikit yang telah menggantinya dengan
spotlight.
Di Jogjakarta Anda
bisa menonton wayang ini di Museum Sonobudoyo. Pertunjukan wayang di sini tidak
semalam suntuk namun disajikan secara ringkas dari jam 20.00 -22.00 WIB pada
hari kerja. Dalang memainkan wayang kulit sesuai pakemnya yaitu
menggunakan bahasa Jawa diiringi dengan musik gamelan Jawa. Panggung dibuat
sedemikian rupa sehingga penonton dapat menonton dari belakang dalang atau dari
balik layar. Keduanya memberikan sensasi yang berbeda jika Anda menonton dari
belakang dalang, Anda dapat melihat warna tokoh-tokoh wayang dan dapat dengan
mudah membedakan masing-masing tokoh. Sedangkan jika Anda menonton dari balik
layar, Anda dapat melihat bayangan tokoh-tokoh wayang yang tatahan kulit
wayangnya membuat bayangan tersebut menjadi indah dan hidup.
Saat sekarang ini
sudah jarang orang yang menyelenggarakan wayang semalam suntuk untuk pesta
sunatan, pesta pengantin, sukuran dan pesta hajatan lainnya. Hal itu karena
harga penyelenggaraan wayang sangat mahal dan juga selera masyarakat yang lebih
menyukai hiburan yang lebih kontemporer, seperti keroncong, campursari yang
semuanya juga masih merupakan budaya Indonesia. Namun alangkah sayangnya jika
wayang kulit yang telah menjadi warisan dunia ini hanya sekedar menjadi
kebanggaan tanpa bukti nyata adanya rasa memiliki terhadap wayang ini dari
bangsa yang memilikinya. Penonton dari pagelaran wayang kulit di Museum
Sonobudoyo ini pun biasanya akan lebih banyak turis mancanegara menyaksikan
wayang ini dibandingkan turis domestik.
TERBUKTI KOTA YOGYAKARTA YANG
DULU SEBAGAI PUSAT PEMERINTAHAN INDONESIA TIDAK HANYA MENAWARKAN BERBAGAI MACAM
CENDERA MATA DAN MAKANAN YANG PENAWARANNYA
ATAU PENJAJAKANNYA LAIN DARI PADA YANG LAIN, KE ELOKAN BANGUNAN-BANGUNAN
JUGA KEARIFAN SEMUA PRASASTI DI TEMPAT INI JUGA BOLEH DIKATAKAN SANGAT LUAR
BIASA. SERTA KEEKSOTISAN PEMANDANGAN YANG DI PUSATKAN PADA GUNUNG-GUNUNG YANG
BERADA DISANA MENJADI DAYA TARIK YANG AMAT SANGAT BESAR UNTUK MEMIKAT PARA
WISATAWAN AGAR BERKALI-KALI MENGUNJUNGI TEMPAT INI.