Sabtu, 02 Juni 2012

KEINDAHAN JOGJA DI MALAM HARI









  1.   PASAR SORE MALIOBORO 

Pasar ini berada di kawasan Malioboro yaitu sebelah utara Benteng Vredeburg Lebih dari 20 pedagang menempati pasar sore sejak tahun 2000, baik pedagang aksesoris sampai pedagang makanan. Para pedagang di Pasar Sore Malioboro mulai memajang dagangan sejak pukul 17.00 WIB hingga larut malam tergantung pada keramaian pembeli. Setelah puas mengitari Pasar Sore ini Anda bisa langsung berjalan ke arah selatan jalan Malioboro atau depan Benteng Vredeburg. Di sana bisa duduk-duduk santai menikmati malam di jantung kota Jogja sambil menikmati jajanan yang ditawarkan para pedagang dan memandang gedung-gedung tua di sekitarnya seperti Gedung Agung yang juga merupakan Istana Kepresidenan, Gedung BI dan tentu saja Benteng Vredeburg. Suara pengamen juga akan terdengar menghiasi keramaian suasanan di sana.


  1. LESEHAN MALIOBORO

Malioboro merupakan salah satu  icon dari kota Jogja. Sebuah jalan dengan deretan toko dan para pedagang kaki lima yang sangat terkenal di seluruh Indonesia. Mulai dari jam 09.00 - 21.00 WIB, para wisatawan bisa memilih barang yang.hendak dibeli di sepanjang Jalan Malioboro mulai dari pakaian, makanan, cindera mata, tas, sepatu, dan sebagainya. Jika malam telah tiba Anda akan menemui tema lain di Malioboro ini. Ketika semua toko, mall, dan pedagang kaki lima tutup mulailah berganti pedagang lesehan yang menggelar dagangannya. Inilah ciri khas Jalan Malioboro pada malam hari, yaitu warung-warung lesehan yang dapat Anda temui di sepanjang Jalan Malioboro. Kebanyakan warung menggunakan alas tikar dan meja pendek. Lesehan memang artinya duduk santai di lantai. Menu dari warung-warung ini mulai dari bebek goreng, ayam goreng, ayam panggang, burung dara goreng, sate, pecel lele, seafood dan tak lupa gudeg Jogja.

  1. TUGU JOGJA

Tugu Yogyakarta adalah sebuah menara yang sering dipakai sebagai lambang dari kota Yogyakarta. Tugu ini dibangun oleh Hamengkubuwana I, pendiri kraton Yogyakarta, setahun setelah didirikannya Kraton Jogja. Tugu Jogja merupakan landmark Kota Yogyakarta yang paling terkenal. Tugu ini mempunyai nilai simbolis dan merupakan garis yang bersifat magis menghubungkan laut selatan, Kraton Jogja dan Gunung Merapi. Pada saat melakukan meditasi, konon Sultan Yogyakarta pada waktu itu menggunakan tugu ini sebagai patokan arah menghadap puncak gunung Merapi.

Tugu Jogja ini sekarang merupakan salah satu objek pariwisata dan  sering dijadikan obyek foto oleh para wisatawan. Tugu akan sangat indah dinikmati sore hingga malam hari  saat bermandikaan cahaya dari lampu sorot yang  menghiasi bangunan tersebut. Lebih menyenangkan sambil menikmati makanan dan jajanan di sekitar Tugu, seperti gudeg, angkringan, pecel lele, dll.  Banyak wisatawan terutama anak-anak muda berfoto  untuk mengabadikan wisata mereka di Jogja. Setelah itu mereka duduk-duduk bergerombol hingga lewat dini hari di sekitarnya. Jika Anda berjalan ke selatan, di sebelah Timur jalan tersedia bangku yang bisa dipakai untuk duduk-duduk santai sambil memandang Tugu yang menjadi salah satu icon anak-anak muda yang suka nongkrong hingga larut malam. Namun jika siang hari, Tugu sering kali dipakai para mahasiswa untuk menggelar unjuk rasa. Begitu identiknya Tugu Jogja dengan kota ini, banyak mahasiswa meluapkan kebahagiannya atas kelulusannya dengan meemeluk dan mencium Tugu tersebut.
 

  1. ANGKRINGAN JOGJA

Angkringan adalah semacam warung makan yang berupa gerobag kayu yang ditutupi dengan terpal plastik dengan warna khas, biru atau oranye menyolok. Dengan kapasitas sekitar 8 orang pembeli, angkringan beroperasi mulai sore hari sampai dini hari. Namun kini ada juga yang mulai buka siang hari. Pada malam hari, angkringan mengandalkan penerangan tradisional lampu senthir (pelita tempel) dengan bahan baker minyak tanah. Selain itu terangnya lampu jalan juga membuat suasana warung angkring makin terang.
Menu makanan wajib angkringan adalah nasi (sego) kucing. Disebut nasi kucing karena porsi nasinya yang seperti porsi nasi dan lauk pauk yang biasa diberikan untuk kucing, yaitu tempe atau ikan teri Nasi yang dijual di angkringan ini di bungkus dengan daun pisang dengan  lauk biasanya sambal tempe, teri, atau telur dadar yang dipotong kecil-kecil. Menu lain yang tersaji dalam keranjang di atas angkringan adalah sate usus, jeroan, dan telur puyuh. Selain itu ada ceker ayam, gorengan, dan bebrapa makanan ringan. Sedangkan  pilihan  minuman yang biasa ada di angkringan adalah wedang jahe, teh, jeruk, kopi, dan beberapa minuman praktis lainnya. Semua dijual dengan harga yang sangat terjangkau. 
.Salah satu angkringan tertua dan paling terkenal di dalam dan di luar jogja adalah angkringan Lik Man yang bertempat di sebelah utara stasiun tugu yang sempay beberapa kali pindah lokasi. Warung angkringan Lik Man memiliki minuman spesial yaitu kopi joss. Kopi ini berbeda dengan kopi lainnya, yaitu pada saat akan dihidangkan gelas kopi dicelupkan arang panas yang menimbulkan bunyi jossss. Banyak sekali peminat dari angkringan Lik Man ini. Hal tersebut bisa Anda buktikan jika. Anda banyak menemukan puluhan orang sedang lesehan karena area angkringan tersebut sangat sempit. Warung angkringan Lik Man kini telah menjadi salah satu ikon wisata kuliner di Jogja. Angkringan Tugu Lik Man ini buka dari sore hingga menjelang subuh.



  1. BUKIT BINTANG

Hargodumilah atau sering  disebut Bukit Bintang  terletak di jalan Jogja-Wonosari km 16 Pathuk Gunungkidul. Pemberian nama bukit bintang ini karena dari sini jika di malam hari memandang kota Jogja akan terlihat lampu rumah-rumah bersinar dari kejauhan seperti bintang bertaburan berpadu dengan langit malam yang memang penuh bintang. Hal itu membuat pemandangan kota Jogja tampak menyatu antara langit sampai batas cakrawala. Terlihat begitu menakjubkan !
Pada siang hari pun  Anda akan melihat pemandangan yang menakjubkan yaitu Gunung Merapi,Gunung Merbabu, Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing yang berdiri tegak memamerkan keindahan di kejauhan sana.  Saat mengunjungi Hargodumilah di kala senja,  Anda akan menyaksikan  sunset di atas kota Jogja. Keindahan akan berlanjut saat malam dengan kerlap-kerlip kota Yogyakarta yang akan Anda saksikan dari bukit ini. Banyak wisatawan yang kebanyakan kaum muda datang menikmati suasana di sini. Ruas jalan di  sekitar bukit telah diperluas sebagai arena parkir para pengunjung. Warung-warung kecil sampai restoran dengan nuansa romantis berjejer di  jalan tersebut.  Sangat cocok bagi Anda yang ingin mencari ketenangan dengan rekan-rekan, pasangan, ataupun keluarga dengan duduk-duduk, menikmati minuman dan jajanan sambil memandangi keindahan kota Jogja dari kejauhan.

  1.  ALUN-ALUN SELATAN

Alun-alun Kidul (Selatan) atau sering disebut Alkid adalah alun-alun di bagian Selatan Keraton Yogyakarta. Alkid sering pula disebut sebagai Pengkeran,  berasal dari kata pengker (bahasa Jawa) yang berarti belakang. Hal tersebut sesuai dengan letak Alkid yang memang terletak di belakang keraton. Alun-alun ini dikelilingi oleh tembok persegi yang memiliki lima gapura, satu buah di sisi selatan serta di sisi timur dan barat masing-masing dua buah. Di antara gapura utara dan selatan di sisi barat terdapat ngGajahan sebuah kandang guna memelihara gajah milik Sultan. Namun sekarang gajah-gajah milik Sultan telah dititipkan di kebun binatang Gembiroloka. Di sekeliling alun-alun ditanami pohon mangga (Mangifera indica; famili Anacardiaceae), pakel (Mangifera sp; famili Anacardiaceae), dan kueni (Mangifera odoranta; famili Anacardiaceae). Pohon beringin hanya terdapat dua pasang. Sepasang di tengah alun-alun yang dinamakan Supit Urang (harfiah=capit udang) dan sepasang lagi di kanan-kiri gapura sisi selatan yang dinamakan Wok(dari kata bewok, harfiaf=jenggot). Dari gapura sisi selatan terdapat jalan Gading yang menghubungkan dengan Plengkung Nirbaya.

 
  1. SENDRATARI RAMAYANA

Sendratari Ramayana atau dikenal juga dengan Ramayana Balet merupakan sebuah pagelaran yang menggabungkan antara seni drama dan seni tari dengan iringan musik traditional Jawa. Ramayana Ballet  mengangkat cerita Ramayana yang merupakan sebuah legenda  yang terpahat indah di dinding Candi Siwa, salah satu candi yang ada di Candi Prambanan. Jika Anda berada di Candi Prambanan dan berjalan pradaksina (searah jarum jam) Anda akan menemukan alur cerita Ramayana yang ada pada relief tersebut. Kisah Ramayana  adalah epos legendaris karya Walmiki yang ditulis dalam bahasa Sanskerta. Pagelaran ini dapat Anda saksikan di kawasan kompleks Candi Prambanan dan di Purawisata Jogja. Pihak pengelola, PT Taman Wisata Candi Borobudur-Prambanan dan Ratu Boko, membagi pagelaran dalam empat episode yaitu, penculikan Sinta, misi Anoman ke Alengka, kematian Kumbakarna atau Rahwana, dan pertemuan kembali Rama-Sinta. Terdapat  dua lokasi pertunjukan, yakni di panggung Trimurti (indoor), dan panggung terbuka (outdoor). Pagelaran sendratari dimulai pukul 19.30 WIB sampai 21.30 WIB. 
 
Tarif untuk menyaksikan sekali pagelaran tersebut terbagi dalam empat kelas untuk di panggung terbuka ada kelas VIP yang kursinya tepat di depan panggung, kelas khusus yang kursinya ada di depan panggung namun di deretan belakang VIP, kelas I yang kursinya ada di sisi kanan kiri panggung bagian depan dan kelas II yang kursinya ada di kanan kiri panggung di bagian belakang. Sedangkan di panggung Trimurti terbagimenjadi Special Class, Class I, dan Class II.

Seluruh cerita disuguhkan dalam rangkaian gerak tari yang dibawakan oleh para penari yang rupawan dengan diiringi musik gamelan. Anda diajak untuk benar-benar larut dalam cerita dan mencermati setiap gerakan para penari untuk mengetahui jalan cerita. Gerakan para penari menyatu dengan iringan gamelan Jawa yang syahdu. Tak ada dialog yang terucap dari para penari, satu-satunya penutur adalah sinden yang menggambarkan jalan cerita lewat lagu-lagu dalam bahasa Jawa dengan suaranya yang khas. Pencahayaan yang sedemikian rupa mampu menggambarkan kejadian tertentu dalam cerita. Begitu pula riasan pada tiap penari, tak hanya mempercantik tetapi juga mampu menggambarkan watak tokoh yang diperankan sehingga penonton dapat dengan mudah mengenali meski tak ada dialog. Anda juga tak hanya menjumpai tarian saja, tetapi adegan menarik lainnya  seperti permainan bola api dan kelincahan penari berakrobat.


  1. WAYANG KULIT di Museum Sonobudoyo

Wayang adalah seni pertunjukkan asli Indonesia yang berkembang pesat di  Pulau Jawa dan Bali. UNESCO lembaga yang membawahi kebudayaan dari PBB, pada 7 November 2003 menetapkan wayang sebagai pertunjukkan bayangan boneka tersohor dari Indonesia, sebuah warisan mahakarya dunia yang tak ternilai dalam seni bertutur (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity). Banyak negara memiliki pertunjukkan boneka namun pertunjukkan bayangan boneka (Wayang) di Indonesia memiliki gaya tutur dan keunikkan tersendiri, yang merupakan mahakarya asli dari Indonesia.
Dr.G.A.J.Hazeu, dalam detertasinya Bijdrage tot de Kennis van het Javaansche Tooneel (Th 1897 di Leiden, Negeri Belanda) berkeyakinan bahwa pertunjukan wayang berasal dari kesenian asli Jawa. Hal ini dapat dilihat dari istilah-istilah yang digunakan banyak menggunakan bahasa Jawa misalnya, kelir, blencong, cempala, kepyak, dan wayang. Selain itu juga bisa dilihat bahwa pada susunan rumah tradisional di Jawa, kita biasanya akan menemukan bagian-bagian ruangan: emper, pendhapa, omah mburi, gandhok, senthong dan ruangan untuk pertujukan ringgit (pringgitan), dalam bahasa Jawa ringgit artinya wayang. Bagi orang Jawa dalam membangun rumah pun menyediakan tempat untuk pergelaran wayang.
Sarjana Barat lainnya yang sependapat bahwa Wayang Kulit berasal dari Jawa yaitu Hazeau, Brandes, Kats, Rentse, dan Kruyt. Alasan mereka adalah bahwa seni wayang masih amat erat kaitannya dengan keadaan sosiokultural dan religi bangsa Indonesia, khususnya orang Jawa. Panakawan, tokoh terpenting dalam pewayangan, yakni Semar, Gareng, Petruk, Bagong, hanya ada dalam pewayangan Indonesia, dan tidak ada di negara lain. Selain itu, nama dan istilah teknis pewayangan, semuanya berasal dari bahasa Jawa (Kuna), dan bukan bahasa lain. 
Ir. Sri Mulyono dalam bukunya Simbolisme dan Mistikisme dalam Wayang (1979), memperkirakan wayang sudah ada sejak zaman neolithikum, yakni kira-kira 1.500 tahun sebelum Masehi.  Namun bukti karya sastra yang menyebutkan tentang wayang baru ditemukan pada  zaman pemerintahan Prabu Airlangga, raja Kahuripan (976 -1012), yakni ketika kerajaan di Jawa Timur itu sedang makmur-makmur¬nya. Wayang sebagai suatu pergelaran dan tontonan pun sudah dimulai ada sejak zaman pemerintahan raja Airlangga. Beberapa prasasti yang dibuat pada masa itu antara lain sudah menyebutkan kata-kata "mawa¬yang" dan `aringgit' yang maksudnya adalah per¬tunjukan wayang.
Ketika agama Hindu masuk ke Indonesia menyesuaikan kebudayaan yang sudah ada Seni pertunjukkan ini menjadi media efektif menyebarkan agama Hindu, di mana pertunjukkan wayang menggunakan cerita Ramayana dan Mahabharata. Demikian juga saat masuknya Islam, ketika pertunjukkan yang menampilkan manusia dan para dewa dalam wujud manusia dilarang, munculah boneka wayang yang terbuat dari kulit sapi atau kerbau sehingga saat pertunjukkan yang ditonton hanyalah bayangannya saja, yang sekarang kita kenal sebagai wayang kulit. Masuknya agama Islam ke Indonesia sejak abad ke-15  ini juga memberi pengaruh besar pada budaya wayang, terutama pada konsep religi dari falsafah wayang itu. Selain itu yakni juga mulai digunakan lampu minyak berbentuk khusus yang disebut blencong pada pergelaran Wayang Kulit.Kesenian ini berkembang pesat, terjadi akulturasi antara budaya lama dengan budaya baru yaitu ajaran Islam. Stilisasi bentuk wayang kulit sudah sangat berbeda dengan wujud manusia.Gaya penggambaran wayang demikian itu merupakan pilihan para wali. Hal ini ditempuh agar wayang kulit dapat tampil dengan baik dan tidak melanggar larangan menurut ajaran agama Islam yang tidak memperbolehkan menggambarkan makhluk hidup  seperti manusia atau binatang secara realistis. Wujud wayang kulit purwa sudah berbeda jauh dengan gambaran manusia, walau wayang kulit memiliki mata, hidung, dan mulut namun bentuk  badan keseluruhan tipis, hidung mancung untuk menandakan kebangsawanan, mata sipit dan panjang, bentuk mulut yang berkelok-kelok,  leher yang kecil sebesar lengan, serta tangan yang panjang hingga menyentuh kaki tokoh. 
Wayang kulit yang juga sering dikenal sebagai wayang purwa telah menjadi salah satu warisan budaya nasional dan sudah sangat terkenal di dunia. Sehingga banyak wisatawan asing yang datang untuk mempelajari seni wayang kulit ini, karena tergolong unik. Saat ini pertunjukan wayang kulit pun masih menjadi salah satu tontonan menarik yang digemari oleh masyarakat Yogyakarta. Kesenian ini menggunakan sebuah layar besar dan lakonan wayang tersebut dimainkan dibalik layar putih tersebut, sehingga para peniknat tontonan ini serasa menonton film kartun ataupun film-film di bioskop. Penggunaan layar imerupakan pengaruh Islam. Wayang yang pada awalnya berbentuk boneka yang terbuat dari kayu dan dinamakan wayang golek, dilarang dipertunjukkan karena hukum Islam melarang menggambaran bentuk dewa-dewi dalam bentuk manusia (boneka). Ketika Raden Patah dari Demak ingin menonton pertunjukan wayang, para pemimpin Islam ini pun melarangnya. Sebagai jalan keluar, para pemimpin Islam ini merubah bentuk wayang menjadi wayang kulit. Pertunjukannya pun melalui media layar, sehingga yang terlihat hanya bayangannya, bukan bentuk aslinya.
Pertunjukan wayang kulit diatur dan dijalankan oleh seorang dalang yang menggerakkan dan mengisi suara-suara tokoh dalam perwayangan tersebut. Yang menarik, ketika pertunjukan wayang kulit berjalan, di tengah-tengahnya biasanya diselingi dengan “goro-goro” yaitu saat munculnya para  Punakawan yang terdiri dari Semar, Bagong, Petruk, dan Gareng, biasanya cerita yang diangkat adalah seputar masalah-masalah saat ini yang diselingi hal-hal lucu di dalamnya. Wayang Kulit biasanya diadakan semalam suntuk hingga fajar menyingsing bahkan tidak jarang diadakan selama tujuh hari tujuh malam. Pertunjukan wayang saat ini masih ada yang menggunakan blencong namun tidak sedikit yang telah menggantinya dengan spotlight. 
Di Jogjakarta Anda bisa menonton wayang ini di Museum Sonobudoyo. Pertunjukan wayang di sini tidak semalam suntuk namun disajikan secara ringkas dari jam 20.00 -22.00 WIB pada hari kerja. Dalang memainkan wayang kulit  sesuai pakemnya yaitu menggunakan bahasa Jawa diiringi dengan musik gamelan Jawa. Panggung dibuat sedemikian rupa sehingga penonton dapat menonton dari belakang dalang atau dari balik layar. Keduanya memberikan sensasi yang berbeda jika Anda menonton dari belakang dalang, Anda dapat melihat warna tokoh-tokoh wayang dan dapat dengan mudah membedakan masing-masing tokoh. Sedangkan jika Anda menonton dari balik layar, Anda dapat melihat bayangan tokoh-tokoh wayang yang tatahan kulit wayangnya membuat bayangan tersebut menjadi indah dan hidup. 
Saat sekarang ini sudah jarang orang yang menyelenggarakan wayang semalam suntuk untuk pesta sunatan, pesta pengantin, sukuran dan pesta hajatan lainnya. Hal itu karena harga penyelenggaraan wayang sangat mahal dan juga selera masyarakat yang lebih menyukai hiburan yang lebih kontemporer, seperti keroncong, campursari yang semuanya juga masih merupakan budaya Indonesia. Namun alangkah sayangnya jika wayang kulit yang telah menjadi warisan dunia ini hanya sekedar menjadi kebanggaan tanpa bukti nyata adanya rasa memiliki terhadap wayang ini dari bangsa yang memilikinya. Penonton dari pagelaran wayang kulit di Museum Sonobudoyo ini pun biasanya akan lebih banyak turis mancanegara menyaksikan wayang ini dibandingkan turis domestik. 

 TERBUKTI  KOTA YOGYAKARTA YANG DULU SEBAGAI PUSAT PEMERINTAHAN INDONESIA TIDAK HANYA MENAWARKAN BERBAGAI MACAM CENDERA MATA DAN MAKANAN YANG PENAWARANNYA  ATAU PENJAJAKANNYA LAIN DARI PADA YANG LAIN, KE ELOKAN BANGUNAN-BANGUNAN JUGA KEARIFAN SEMUA PRASASTI DI TEMPAT INI JUGA BOLEH DIKATAKAN SANGAT LUAR BIASA. SERTA KEEKSOTISAN PEMANDANGAN YANG DI PUSATKAN PADA GUNUNG-GUNUNG YANG BERADA DISANA MENJADI DAYA TARIK YANG AMAT SANGAT BESAR UNTUK MEMIKAT PARA WISATAWAN AGAR BERKALI-KALI MENGUNJUNGI TEMPAT INI.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar