Tiupan angin
kencang itu menerbangkan butiran pasir yang menggunung di tepian Pantai
Parangtritis. Dalam sekejap butiran pasir pun berpindah ke tempat lain. Tak
heran, jika di hamparan gumuk pasir itu banyak pohon yang terlihat akarnya.
Peristiwa alam
tersebut tentu menarik. Sayangnya, potensi wisata gumuk pasir belum banyak
dilirik. Padahal gumuk pasir di Parangtritis merupakan satu-satunya yang ada di
Indonesia. Gumuk pasir juga merupakan objek wisata alam langka, karena di
daerah tropis biasanya gumuk pasir tidak terbentuk. Tapi di kawasan
Parangtritis, gumuk pasir dapat terbentuk dengan ideal.
Bentuknya juga
bermacam-macam. Ada yang sejajar dengan pantai, ada pula yang menyerupai tanduk
sapi juga bentuk bintang. Namun gumuk pasir dengan bentuk bintang, kini mulai
jarang ditemui karena banyaknya pemukiman penduduk dan pepohonan yang tumbuh di
wilayah sekitar.
Untuk menuju
kawasan gumuk pasir cukup mudah. Sebelum memasuki Pantai Parangtritis, belok ke
kanan (arah menuju Pantai Depok). Di sepanjang jalan tersebut, hamparan gumuk
pasir akan terlihat dengan jelas. Melalui jalan aspal yang mulus, pengunjung
bisa menikmati keindahan gumuk pasir tanpa harus turun dari kendaraan.
Namun jika
ingin melihat dengan jelas, tak ada salahnya berjalan sedikit ke utara. Dari
situ hamparan luas gumuk pasir terlihat begitu eksotis. Untuk sekadar berfoto, lokasi
ini memang sangat pas. Membuat pengunjung serasa berada di daerah gurun pasir.
Jadi bila berkunjung ke Parangtritis atau Depok, tak ada salahnya mampir
sejenak menikmati kelangkaan gumuk pasir.
Lebih dari itu,
wisatawan dapat belajar banyak tentang bagaimana terbentuknya gumuk pasir. Jadi
selain refreshing, pengunjung bisa mendapat wawasan baru.
Seperti
dikemukakan Kepala Museum Alam dan Ekologi Pesisir serta Laboratorium Alam
Geospasial Pantai Parangtritis Dr I Nyoman Sukmantalya Msc, gumuk pasir di
Parangtritis terbentuk pada masa kuartier sangat pas dijadikan objek wisata
pendidikan. Sembari menikmati suasana pantai, wisatawan sekaligus akan mendapat
tambahan pengetahuan.
Di siang hari, cuaca sekitar memang terasa terik. Akan lebih nyaman bila mengunjungi kawasan ini pada pagi atau sore hari. Gumuk pasir ini cukup luas, memanjang ke timur dari muara Sungai Opak hingga Parangtritis sejauh 13,2 Km. Sedang jarak gumuk pasir terdekat (diukur dari garis pantai) sejauh 325 meter dan terjauh 860 meter. Tinggi gumuk pasir bervariasi, rata-rata mencapai 8,5 meter.
Di siang hari, cuaca sekitar memang terasa terik. Akan lebih nyaman bila mengunjungi kawasan ini pada pagi atau sore hari. Gumuk pasir ini cukup luas, memanjang ke timur dari muara Sungai Opak hingga Parangtritis sejauh 13,2 Km. Sedang jarak gumuk pasir terdekat (diukur dari garis pantai) sejauh 325 meter dan terjauh 860 meter. Tinggi gumuk pasir bervariasi, rata-rata mencapai 8,5 meter.
Tentu saja
gumuk pasir itu tidak terbentuk seketika tapi melalui proses alam yang sudah
sedemikian lama. Nyoman mengatakan, gumuk pasir terbentuk akibat proses
diterbangkannya materi pasir oleh angin yang diendapkan gelombang laut saat
menghempas di pantai.
Materi tersebut
berukuran sangat lembut, sekitar 0,02 mm. Butiran pasir itu dapat diterbangkan
oleh angin dengan kecepatan 2 meter per detik. Di siang hari, jika angin
berhembus, pengunjung bisa menyaksikan secara langsung bagaimana materi itu
diterbangkan oleh angin dan bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain.
Selain bentuknya berubah-berubah, letak gumuk pasir ini juga bisa berpindah-pindah. "Karena basic pembentuknya adalah angin, maka bentuk gumuk pasir juga tergantung arah angin," jelas Nyoman. Pada musim barat (musim penghujan), gumuk pasir yang terbentuk akan lebih rendah.
Selain bentuknya berubah-berubah, letak gumuk pasir ini juga bisa berpindah-pindah. "Karena basic pembentuknya adalah angin, maka bentuk gumuk pasir juga tergantung arah angin," jelas Nyoman. Pada musim barat (musim penghujan), gumuk pasir yang terbentuk akan lebih rendah.
Laboratorium
Geospasial juga berencana akan mengembangkan wilayah ini sebagai objek wisata
pendidikan. Rencananya, Oktober mendatang akan digelar eco festival tourism
yang salah satu agendanya mengajak siswa untuk berwisata di gumuk pasir.
Di situ siswa
akan diberi penjelasan soal bagaimana terbentuknya gumuk pasir. "Siswa
juga akan diajak menentukan arah angin menggunakan pesawat mini. Setelah
mengetahui arah angin kemudian mereka akan mengerti kalau anginnya ke timur
bentuk gumuk pasirnya seperti apa," ujar Nyoman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar