Sabtu, 02 Juni 2012

WISATA GURUN PASIR INDONESIA




Tiupan angin kencang itu menerbangkan butiran pasir yang menggunung di tepian Pantai Parangtritis. Dalam sekejap butiran pasir pun berpindah ke tempat lain. Tak heran, jika di hamparan gumuk pasir itu banyak pohon yang terlihat akarnya.
Peristiwa alam tersebut tentu menarik. Sayangnya, potensi wisata gumuk pasir belum banyak dilirik. Padahal gumuk pasir di Parangtritis merupakan satu-satunya yang ada di Indonesia. Gumuk pasir juga merupakan objek wisata alam langka, karena di daerah tropis biasanya gumuk pasir tidak terbentuk. Tapi di kawasan Parangtritis, gumuk pasir dapat terbentuk dengan ideal.
Bentuknya juga bermacam-macam. Ada yang sejajar dengan pantai, ada pula yang menyerupai tanduk sapi juga bentuk bintang. Namun gumuk pasir dengan bentuk bintang, kini mulai jarang ditemui karena banyaknya pemukiman penduduk dan pepohonan yang tumbuh di wilayah sekitar.
Untuk menuju kawasan gumuk pasir cukup mudah. Sebelum memasuki Pantai Parangtritis, belok ke kanan (arah menuju Pantai Depok). Di sepanjang jalan tersebut, hamparan gumuk pasir akan terlihat dengan jelas. Melalui jalan aspal yang mulus, pengunjung bisa menikmati keindahan gumuk pasir tanpa harus turun dari kendaraan.
Namun jika ingin melihat dengan jelas, tak ada salahnya berjalan sedikit ke utara. Dari situ hamparan luas gumuk pasir terlihat begitu eksotis. Untuk sekadar berfoto, lokasi ini memang sangat pas. Membuat pengunjung serasa berada di daerah gurun pasir. Jadi bila berkunjung ke Parangtritis atau Depok, tak ada salahnya mampir sejenak menikmati kelangkaan gumuk pasir.
Lebih dari itu, wisatawan dapat belajar banyak tentang bagaimana terbentuknya gumuk pasir. Jadi selain refreshing, pengunjung bisa mendapat wawasan baru.
Seperti dikemukakan Kepala Museum Alam dan Ekologi Pesisir serta Laboratorium Alam Geospasial Pantai Parangtritis Dr I Nyoman Sukmantalya Msc, gumuk pasir di Parangtritis terbentuk pada masa kuartier sangat pas dijadikan objek wisata pendidikan. Sembari menikmati suasana pantai, wisatawan sekaligus akan mendapat tambahan pengetahuan.
Di siang hari, cuaca sekitar memang terasa terik. Akan lebih nyaman bila mengunjungi kawasan ini pada pagi atau sore hari. Gumuk pasir ini cukup luas, memanjang ke timur dari muara Sungai Opak hingga Parangtritis sejauh 13,2 Km. Sedang jarak gumuk pasir terdekat (diukur dari garis pantai) sejauh 325 meter dan terjauh 860 meter. Tinggi gumuk pasir bervariasi, rata-rata mencapai 8,5 meter.
Tentu saja gumuk pasir itu tidak terbentuk seketika tapi melalui proses alam yang sudah sedemikian lama. Nyoman mengatakan, gumuk pasir terbentuk akibat proses diterbangkannya materi pasir oleh angin yang diendapkan gelombang laut saat menghempas di pantai.
Materi tersebut berukuran sangat lembut, sekitar 0,02 mm. Butiran pasir itu dapat diterbangkan oleh angin dengan kecepatan 2 meter per detik. Di siang hari, jika angin berhembus, pengunjung bisa menyaksikan secara langsung bagaimana materi itu diterbangkan oleh angin dan bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain.
Selain bentuknya berubah-berubah, letak gumuk pasir ini juga bisa berpindah-pindah. "Karena basic pembentuknya adalah angin, maka bentuk gumuk pasir juga tergantung arah angin," jelas Nyoman. Pada musim barat (musim penghujan), gumuk pasir yang terbentuk akan lebih rendah.
Laboratorium Geospasial juga berencana akan mengembangkan wilayah ini sebagai objek wisata pendidikan. Rencananya, Oktober mendatang akan digelar eco festival tourism yang salah satu agendanya mengajak siswa untuk berwisata di gumuk pasir.
Di situ siswa akan diberi penjelasan soal bagaimana terbentuknya gumuk pasir. "Siswa juga akan diajak menentukan arah angin menggunakan pesawat mini. Setelah mengetahui arah angin kemudian mereka akan mengerti kalau anginnya ke timur bentuk gumuk pasirnya seperti apa," ujar Nyoman.    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar